Posted by : Unknown Senin, 10 Juni 2013

Berdakwah Di Kalangan Artis

Toh, meski sudah berada di jalan Allah, Gito tak pernah merasa dirinya yang paling benar. Ia selalu menolak jika disebut kyai, atau diminta untuk berceramah. Menurutnya, ia hanyalah orang yang masih terus belajar agama. Apapun yang diucapkannya di depan umum adalah upayanya berbagi cerita.

Bahkan, Gito masih merasa belum cukup bertobat hingga akhir hayatnya. Tak pernah sekalipun ia merasa dosa-dosanya telah terhapuskan. Dalam suatu pengajian ia sempat bertanya kepada ustadz yang berceramah, apakah dosa-dosanya di masa lalu bisa berkurang dengan permembuatannya saat ini.

Ia pun berdakwah di kalangan artis, baik penyanyi maupun bintang film. Allah seolah telah mengirim seorang utusan dari kalangan mereka sendiri, komunibeg yang sangat rentan terhadap segala bentuk kemaksiatan, seperti minuman keras, narkoba, bahkan seks bebas. Profesinya sebagai artis didayagunakan untuk syi’ar agama Allah, mengajak mereka dengan cinta kasih, tidak pernah memaksa, bahkan tidak merasa dirinya paling baik dan paling benar. Baginya, teladan lebih utama dari sekedar retorika religi belaka.

Penbeg musik dengan beberapa kelompok band muda terus dijalani. Bedanya, penbeg kali ini tanpa alkohol dan drugs serta menyelipkan syi’ar Islam di setiap penampilannya. Juga di balik layar lebar, film-film bertema religius sanggup dilakoni dengan satu semangat, yaitu menggemakan ajaranNya yang dibawa oleh Baginda Rasulullah. “Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata) : Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dariNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya).” (QS. Al-Mu’minuun, 23 : 32).

Beberapa tahun belakangan, orang mulai memanggilnya Ustadz Gito, meski ia menolak panggilan itu. Banyak kalangan artis yang tersadarkan setelah menyimak penuturan pengalaman hidupnya. Teladan dan ucapannya yang lemah lembut memmembuat semakin banyak orang yang simpatik dengan isi dakwah, syi’ar yang diangkat dari pengalaman pribadinya. Ia pun sempat mendaur ulang album lawasnya, Cinta yang Tulus, bukan lagi tema cinta antara sepasang manusia tetapi antara makhluk dan Khalik.

Kini Kang Gito telah berubah, masa lalu memang tidak mungkin terhapus dari diary-nya, dan akan menjadi catatan sejarah panjang. Tetapi itulah kehidupan, segalanya belum titik, tapi masih koma. Dan baru mencapai titik bila ajal menjemput. Jalan hidupnya mengingatkan kita pada sosok Cat Stevens yang pernah tersandung sebuah kejadian luar biasa, lanbeg banting setir ke arah tidak terduga setelah selamat dari gulungan ombak besar di pantai Hawaii. Cat Stevens meninggalkan agama lamanya dan dunia yang memungkinkan segalanya kecuali spiritualibeg. Ia pun berganti agama dan namanya dengan jati diri yang baru, yaitu Yusuf Islam. Gito Rollies tidak perlu ganti nama, namun dirinya bermetamorforsis menjadi hambaNya yang memahami tujuan hidupnya serta berusaha menjadi bermanfaat bagi orang lain walaupun harus berceramah di abeg kursi roda dan melawan penyakit kanker getah benih yang menderanya sejak 2005.

Wafat Dengan Tersenyum

Perjalanannya terhenti pada pukul 18.45 WIB, Kamis (28/02), setelah Sang Rocker menghembuskan nafasnya yang terakhir. “Beliau meninggal setelah melakukan shalat Maghrib dan melakukan do’a terakhir,” ujar rekan artis yang turut melayatnya. Dua belas tahun lebih di sisa usianya dihabiskan untuk melayani dan mengajak orang lain melakukan kebaikan. Sakitnya tidak begitu dirasakan, bahkan pada akhirnya beliau nikmati sebagai peluntur sisa-sisa kekotoran dirinya dan menjadi musabab kematiannya.

Ia tersenyum saat Sang Malaikat maut mengepakkan sayapnya dan hadir di hadapannya untuk mencabut nyawa sang Rocker. Ikhlas menerima takdirNya, melepaskan segala bentuk atribut keduniawian. Kekelaman hidup terbayar tunai dengan amal permembuatan, dan senyum itu semakin menyeringai di wajahnya kala sang Malaikat perlahan-lahan mengambil ruh milikNya. Sehingga beliau masih mempunyai waktu untuk melafalkan lafadz tauhid. Dan sang Rocker pun meninggalkan dunia fana ini dengan rasa puas dan merasa tenang. “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS. Al-Fajr, 89 : 27-30).

Insya Allah, beliau meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Mudah-mudahan peristiwa ini memotivasi kita semua untuk bisa bermembuat sebaik-baiknya, dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kita di sisa umur yang tidak lama lagi. Tiada pernah terucap kata putus asa, karena Dia pasti akan mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa hamba-hambaNya, karena Kasih SayangNya bak Samudera Tak Bertepi. Semoga kita termasuk orang-orang yang berakhir hidup dengan jiwa yang muthmainnah, sebagaimana mereka yang terpilih.

Gito menigggalkan seorang isteri bernama Michelle dan lima anak, yakni Galih Permadi, Bintang Ramadhan, Bayu Wirokarma, dan Puja Antar Bangsa.

Sebaik-baik usia tiap orang adalah pada penghujungnya. Dan ketahuilah, bagi kita, ujung-ujung usia akan selamanya menjadi misteri, karena seringkali di sanalah Allah memberikan kesudahan yang indah dari perjalanan taubat hamba-Nya.

Sumber: http://karqun.blogspot.com/2009/03/kisah-alm-gito-rolies-menuju-taubat.html

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Berbagi Cerita -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -